Histat

Balada Dua Sahabat: Satu BUTA, Satu LUMPUH...! Demi ASA, Berjalan Puluhan Kilometer.

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280

Berbagi Inspirasi - Terik jalanan tidak dirasakan oleh dua sahabat sejati, Sugeng Wahyudi dan Agung Widyantono. Keduanya bekerja sama menyusuri panas aspal sepanjang puluhan kilometer demi mendapatkan nafkah hidup. Semangatnya melebihi orang kebanyakan demi mendapatkan nafkah sehari-hari.

Sugeng dan Agung memang harus bersama-sama untuk bisa menjajakan kerupuk rasa udangnya. Karena Sugeng sejak kecil mengalami kebutaan, sementara Agung pun mengalami kelumpuhan. Keduanya memadukan kelebihan masing-masing untuk bisa berjalan dan berjualan.
Baca Juga: Waduh...Harga Cabai Rawit Makin Pedas?? TENANG...! Ini 8 Alternatif PENGGANTINYA...Nomor 4 & 6 Ternyata Sangat...
"Mas Sugeng sing boten ketingal blas, nek kulo sanget, tapi kulo mboten saget mlampah. (Mas Sugeng yang tidak bisa melihat sama sekali, kalau saya bisa melihat tapi tidak bisa berjalan)," kata Agung sambil menyusuri jalanan di desa Kebonagung, kecamatan Pakisaji, kabupaten Malang, Selasa (7/2).

Sejak usia anak-anak, penglihatan Sugeng sudah mengalami kebutaan. Kendati begitu, anggota tubuhnya yang lain tidak mengalami persoalan.

Sementara Agung mengalami persoalan pada kedua kakinya yang tidak sempurna. Kakinya tidak mampu menahan beban tubuh sehingga hanya bisa duduk di atas kursi roda.

Dua sahabat lumpuh dan buta di Malang
Agung pun akhirnya berfungsi sebagai mata bagi Sugeng yang membawanya berkeliling. Agung sekaligus mengendalikan kemudi dari kursi roda yang sudah dimodifikasi. Karena kelengkapan penglihatan Agung juga menjadi kasir yang melayani para pembeli.

Sementara Sugeng mendorong kursi roda yang diduduki dan dikemudikan oleh Agung. Tenaga Agung cukup kuat untuk melangkah ke manapun, hingga kerupuk dagangannya habis terbeli.

Selama berjualan, keduanya hanya membawa satu karung plastik kerupuk yang diletakkan di belakang sandaran kursi roda. Perjalanan dimulai dari tempat tinggalnya di kawasan Bandulan, kota Malang menuju arah Kepanjen, kabupaten Malang.

"Hanya Rp 10 ribu per bungkus," kata Sugeng.

Sugeng mengaku berasal dari Blitar dan Agung dari Semarang, Jawa Tengah. Keduanya bertemu saat belajar di Yayasan Bhakti Luhur Kota Malang. Keduanya sudah satu tahun menjajakan kerupuk bersama.
Sugeng Wahyudi dan Agung Widyantono tidak akan pulang bila dagangan kerupuknya belum habis terjual. Keduanya terbiasa bermalam di pinggiran jalan atau ruko yang dirasa aman.
Mereka menyusuri jalanan menuju arah Kepanjen, Kabupaten Malang. Tidak peduli panas dan asap kendaraan yang melintas di mendahului perjalanannya.

"Jalan terus nanti sampai Kepanjen, terus ke arah Slorok," tegasnya.

Jarak antara Bandulan, Kepanjen dan Slorok diperkirakan lebih dari 50 kilometer, ditempuh dengan berjalan kaki. Agus duduk di kursi roda sementara Sugeng mendorongnya.

Sesekali terlihat perjalanan mereka membuat orang yang melihatnya khawatir. Apalagi jalan yang dilalui merupakan jalan provinsi yang kerap dilalui kendaraan besar.

Tetapi demi keamanan dan keselamatannya, kursi roda yang digunakan dilengkapi dengan stick light yang dinyalakan saat malam hari. Selain itu juga dilengkapi bel sepeda dan klakson kecil di setir kursi roda.

Setiap berjualan keduanya juga melengkapi diri dengan jaket dan topi. Walaupun Sugeng yang mendorong kursi roda terlihat hanya melapisi kakinya dengan sendal jepit.
Sumber: merdeka.com

ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90